......Surat Dari Seseorang......

Teruntuk calon istriku

Semuanya berawal dari kedua mata. Ketika aku hanya berani mencuri pandang wajahmu di sana. Dengan pakaian rapat, tak biarkan auratmu terbuka. Karena memang tak selayaknya untuk dipandang oleh sembarang mata, maka seiring berjalanya waktu kumulai beranikan diri tuk bertanya,tuk selanjurnya berbagi cerita

Telah ku katakan padamu semenjak awal. Bahwa aku adalah lelaki ibuku sepanjang masa sebagai wujud bakti, sebagaimana rasul telah bersabda
"ibumu,ibumu,ibumu!" begitulah dalam sebuah hadist yang pernah ku baca "lalu ayahmu!" sebagai kelanjutan ucapan dari lidah yang mulia.

Sebuah jawaban darimu telah membuatku lega. Kau berkata lebih baik memiliki suami yang berbakti daripada yang durhaka, Kau berkata lebih baik memiliki suami yang dermawan daripada yang bakhil harta dan kamu pun berharap, pendampingmu kelak akan membuatmu bahagia. Kamu pernah berkata ingin segerah menikah sebagai suatu rencana bila kelak Allah mempertemukan dengan jodoh pilihan-Nya. Agar mampu menjaga kemurnian dan kesucian niatmu dalam mewujudkan berbagai cita serta menjadikanmu lebih kuat kala cobaan dan ujian datang menerpa karena ada seseorang yang InsyaAllah akan mendampingi senantiasa, namun yang kamu harus tahu adalah aku adalah lelaki biasa, segala kelebihan dan kelemahan pastilah ku punya.

Sekarang aku sudah lulus kuliah, saat inipun aku sudah memiliki ma'isyah, teman - temanku berkata, bahwa sudah waktunya bagiku mencari aisyah, mungkin dengan simpanan yang ada cukuplah untuk sebuah walimah, tentu saja yang sederhana dan bukan yang meriah. Dan akupun belum sanggup menyediakanmu sebuah rumah.

Apakah kamu mengingatnya ketika kamu bertanya tentang poligami ku jawab bahwa itu adalah ketentuan ilahi, tentu saja aku menyetujuinya. Lantas kau bertanya apakah aku akan melakukanya suatu saat nanti? ku jawab apa mungkin bila adil sebagai syarat utama tak mampu kumiliki, engkau tersenyum dimulut atau mungkin sampai dihati. Sambil mengakui bahwa dirimu belum bisa menerima jika hal itu terjadi dan dirimu juga tak bisa menyamai saudah binti zam'ah istri sang nabi yang tulus ikhlas kepada aisyah dalam berbagi.

Dalam doa ku bersimpuh pasrah
memohon datangnya jawaban kepada sang pemberi hidayah. Bila jawaban itu masih menggantung dilangit, maka turunkanlah. Bila jawaban itu sulit kuraih, maka mudahkanlah. Bila jawaban itu masih jauh maka dekatkanlah.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »