Rasa sakit tidak selamanya tak berharga, sehingga harus selalu di benci. Sebab, mungkin saja rasa sakit itu justru akan mendatangkan kebaikan bagi seseorang.
Biasanya, ketulusan sebuah Doa muncul tatkala rasa sakit mendera. Demikian pula dengan ketulusan tasbih yang senangtiasa terucap saat rasa sakit terasa. Seorang pelajar yang dengan jerih payah dan beban berat saat menuntut ilmulah yang telah mengantarkan dia menjadi ilmuan terkemuka. Ia telah bersusah payah di awal perjalananya, sehingga ia bisa menikmati kesenangan di akhirnya. Usaha keras seorang penyair memilih kata – kata untuk bait – bait syairnya telah menghasilkan sebuah karya sastra yang sangat menawan. Ia dengan hati, urat syaraf, dan darahnya, telah larut bersma kerja kerasnya itu, sehingga syair – syairnya mampu menggerakkan perasaan dan menggoncangkan hati. Upaya keras seorang penulis telah menghasilkan tulisan yang sangat menarik dan penuh ‘ibrah, contoh – contoh dan petunjuk.
Lain halnya dengan seorang pelajar yang senang hidup foya – foya, tidak aktif, tak pernah terbelit masalah, dan tidak pernah pula tertimpa musibah. Ia akan selalu menjadi orang yang malas, enggan bergerak, dan mudah putus asa.
Seorang penyair yang tidak pernah merasakan pahitnya berusaha dan tidak pernah meneguk pahitnya hidup, maka untaian qasidah – qasidahnya hanya akan terasa seperti kumpulan kata – kata murahan yang tak bernilai. Sebab, qasidah – qasidahnya hanya keluar dari lisanya, bukan dari perasaanya. Apa yang diutarakan hanya sebatas penalaranya saja, dan bukan dari hati nuraninya.